Recent Posts

Kamis, 24 Maret 2011

Cara menjadi Guru Teladan

Penulis: Oleh: Drs. Rosidi Pembantu Ketua dan Dosen Tetap STAIN Syaikh Abdurahman Siddik
edisi: 03/Aug/2009 wib
menjadi guru teladan bukan hanya menjadi intellectual father yang mampu memuaskan rasa ingin tahu siswa, tapi juga benar-benar siap sebagai spiritual father yang dapat memenuhi kehampaan sekaligus kedahagaan moral-spiritual bagi semua peserta didiknya.

Dalam perspektif sebagian pakar pendidikan, seorang guru bukan hanya mewakili sejumlah definisi yang menakjubkan, melainkan juga representasi dari kedudukan yang sangat mulia. Seorang guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan, pembangun manusia, pembawa kultur, pioner, reformer dan terpercaya, soko guru, bhatara guru, dan sebagainya.


Seluruh gambaran tersebut mencerminkan betapa agung, mulia, dan terhormatnya kedudukan seorang guru, sehingga sosok seorang guru memiliki atribut yang lengkap dengan kebaikan dan menjelma figur uswatun hasanah walau tidak sesempurna Rasul.


Akan tetapi dalam pengamatan sebagian ahli pula, nama baik guru kini sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan, terperosok, dan jatuh karena berbagai sikap dan perilaku yang tidak mampu menampilkan figur seorang guru yang menjadi teladan bagi semua murid-muridnya. Para guru harus mencari jalan keluar atau solusi bagaimana cara mengangkatnya kembali, sehingga guru menjadi semakin wibawa, dan terasa sangat dibutuhkan anak didik dan masyarakat luas.


Dalam The Professional Teacher, Norlander-Case, Reagen, dan Charles Case  mengungkapkan bahwa tugas mengajar merupakan profesi moral yang mesti dimiliki oleh seorang guru. Senada dengan prinsip tersebut, Zakiah Darajat menyatakan bahwa persyaratan seorang guru di samping harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan, ia juga bahkan mesti seorang yang bertakwa kepada Allah dan mempunyai akhlak atau berkelakuan baik.


Hal ini berarti bahwa syarat krusial bagi seorang guru adalah kepribadiannya yang luhur, mulia, dan bermoral sehingga mampu menjadi cermin yang memantulkan semua akhlak mulia tersebut bagi seluruh murid-muridnya.
Dengan kata lain, seorang guru yang berkepribadian mulia adalah seorang guru yang mampu memberi keteladanan bagi murid-muridnya.


Sebab, secara sederhana mudah dipahami bahwa guru yang tidak bertakwa sangat sulit atau tidak mungkin bisa mendidik murid-muridnya menjelma orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Begitu pula para guru yang tidak memiliki akhlak yang mulia atau budi pekerti yang luhur tidak akan mungkin mampu mendidik siswa-siswa mereka menjadi orang-orang yang berakhlak mulia. Padahal pendidikan moral atau akhlak merupakan tujuan utama dari pendidikan Islam.


Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh aspek kehidupannya. Dalam paradigma sebagian pakar pendidikan, kepribadian seorang guru tersebut meliputi (1) kemampuan mengembangkan kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif bijaksana, dan (3) kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Kompetensi kepribadian terkait pula dengan penampilan sosok guru sebagai individu yang mempunyai kedisiplinan, berpenampilan baik, bertanggungjawab, memiliki komitmen, dan menjadi teladan.


Menjadi seorang guru yang mampu memberi suri teladan meniscayakan jabatan guru sebagai pilihan utama yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam.


Fakta tersebut tentu berbeda bila seseorang menjadi guru hanya disebabkan tidak mungkin diterima bekerja di tempat lain, atau karena situasi terpaksa, sehingga guru seperti ini tentu dedikasinya rendah. Pada konteks ini, tugas dan tanggungjawab guru bukan sekadar transfer of knowledge, mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, tapi lebih dari itu, yakni seorang guru juga berkewajiban membentuk watak dan jiwa anak didik yang sebenarnya sangat memerlukan masukan positif dalam bentuk ajaran agama.


Artinya guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak hanya dituntut untuk menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian akhlaki yang mampu menjadi teladan bagi siswa.


Mengapa seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa? Karena kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap perilaku siswa. Perilaku guru dalam mengajar secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap motivasi belajar siswa, baik yang sifatnya positif maupun negatif. Artinya jika kepribadian yang ditampilkan guru dalam mengajar sesuai dengan segala tutur sapa, sikap, dan perilakunya, maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan baik, bukan hanya mengenai materi pelajaran sekolah tapi juga mengenai persoalan kehidupan yang sesungguhnya.


Memberikan bimbingan kepada anak didik memiliki jiwa dan watak yang baik, mampu membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang halal mana yang haram, adalah termasuk tugas seorang guru.


Di sinilah dalam menunaikan tugasnya seorang guru bukan hanya sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan, dan contoh-contoh sehingga mampu menjadi teladan dan bisa memberi motivasi bagi siswa-siswanya. Menurut pengalaman para ahli pendidikan, sikap dan tingkah laku seorang guru jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan amal nyata.


 Lebih jauh, pembangunan karakter seorang guru sejak awal sebelum mentransmisikan gagasan-gagasannya kepada siswa, dalam kajian ilmu psikologi modern diakui nilai signifikansinya. Stephen R. Covey, mengakui karakter seseoranglah yang melakukan komunikasi paling fasih sehingga mampu memberikan pencerahan bagi siapa pun yang mendengarnya.


Covey mengutip statemen Ralph Waldo Emerson, Filosof besar Amerika Serikat abad 19, yang sangat terkenal mengenai pengaruh karakter atau kepribadian seseorang yaitu, “Siapa diri Anda sebenarnya terdengar begitu keras di telinga saya sehingga saya tidak dapat mendengar apa yang Anda ucapkan,”.


Pada titik inilah, menjadi guru teladan adalah menjelma guru yang tidak hanya siap memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, dan pencerahan rasional-intelektual semata, tetapi juga mampu memberikan bimbingan nurani, akhlak yang mulia, sekaligus pencerahan emosional-spiritual kepada murid-muridnya.


Dengan kata lain, menjadi guru teladan bukan hanya menjadi intellectual father yang mampu memuaskan rasa ingin tahu siswa, tapi juga benar-benar siap sebagai spiritual father yang dapat memenuhi kehampaan sekaligus kedahagaan moral-spiritual bagi semua peserta didiknya.***


Diperoleh Dari : http://cetak.bangkapos.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More